Meraba-raba Sudah Tanda Sayang?

oleh -110 Dilihat
banner 468x60

Di senyap gang malam yang belum layak dipercaya, dua anak muda sibuk mencari makna dewasa. Tangan yang gelisah berlagak tahu arah, padahal hati masih kabur membedakan cinta dan hawa.

Mereka bilang sentuhan itu bukti rasa seakan kata tak lagi cukup jadi jembatan jiwa. Padahal setiap langkah yang tergesa-gesa hanya menanam luka yang mereka pura-pura tak dengar suaranya.

Pacaran kini seperti lari tanpa sepatu tergesa menembus gelap sebelum tahu jalannya atau miring. Meraba tubuh sebelum meraba batin sebuah kebiasaan yang disangka berani, padahal rapuhnya mengerikan.

Belum sah oleh restu orang tua namun mereka sudah merasa dunia mengizinkan segalanya. Seolah batas hanya sekadar dekorasi yang mudah ditendang ketika nafsu berpura-pura jadi logika.

Kasih sayang berubah jadi lomba pembuktikan. Siapa paling berani melampaui ruang yang mestinya dijaga. Padahal cinta tak tumbuh dari penyusupan melainkan dari kesabaran merawat detik yang sederhana.

Jika benar sayang, mestinya tak perlu meraba gelap cukup merawat kejujuran yang tidak butuh sorot lampu kamar. Cinta itu menunggu dengan dada yang jernih bukan bertaruh kehormatan demi detik tak punya masa depan.

Selesa, 2 Desember 2025

Oleh: Aprianus Gregorian Bahtera

Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Filsafat Unwira Kupang

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.